Kreativitas dapat terwujud dengan adanya dorongan dalam diri individu (motivitasi interinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
a. Motivasi Intrisnik (motivasi untuk kreativitas)
Dorongan untuk mewujudkan potensinya, mewujudkan diri, berkembangan dan menjadi matang, menggungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas seseorang.
Merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya.
Ada dalam tiap individu, tapi membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
b. Motivasi Ekstrinsik ( kondisi eksternal yang mendorong
perilaku kreatif)
menurut Rogers penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif:
1. Keamanan psikologis
Ini dapat terbentuk dengan 3 proses yang saling berhubungan:
- menerima individu sebagai adanya dengan segalah kelebihan dan keterbatasannya
- mengusahakan suasana yang di dalamnya evluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam)
- memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati). Yaitu ikut mengenal dan menghayati perasan anak, pemikiran dan tindakannya, dan melihat dari sudut pandangnya.
Dalam suasana ini “real self” dimungkinkan timbul, untuk diekspresikan dalam bentuk hubungannya dengan lingkungannya.
2. Kebebasan Psikologis
Memberi kesempatan untuk bebas mengekspresikan pikiran dan perasaan anak untuk secara simbolis, sehingga memberikan kebebasan dalam berfikir atau meras sesuai dengan apa yang ada dalm dirinya.
kadang anak kreatif tidak kooperatif, egosentris, terlalu asertif, kurang sopan, acuh tak acuh terhadap aturan, keras kepalah emosianal, menarik diri dan menolak dominasi atau otoritas guru.
Berani dalam pendirian, ingin tau, mandiri dalm berfikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus dengan pekerjaanya, inisiatif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat otoritas begitu saja.
Menurut psikolog terhadap 10 peringkat ciri-ciri pribadai kreatif:
- imajinatif
- mempunyai prakarsa
- mempunyai minat luas
- mandiri dalam berfikir
- melit (ingin tahu)
- senang berpetualang
- penuh energi
- percaya diri
- bersedia mengambil resiko
- berani dalm pendirian dan keyakinan
kondisi eksternal yang mendorong perlaku kreativitas
Kreativitas dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers (dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.
1) Keamanan Psikologis
· Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat memberi efek menghayati suasana keamanan).
· Mengusahakan suasana yang ada didalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya mempunyai efek mengancam).
· Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut pandang, dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.
) Kebebasan Psikologis
Jika setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissivenessini memberikan pada seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya (misalnya dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.
Menurut Simpson dalam Vernon (1982 dalam Utami Munandar 1999:28) dorongan internal merupakan: “the intiative that one manifest by his power to break away from the usual sequence pf thought”. Insitiatif yang dimanisfestasikan dengan dorongan untuk keluar dari seluruh pemikiran biasa. Mengenai dorongan dari lingkungan, ada lingkungan yang tidak menghargai imajinasi atau fantasi dan menekankan Kreativitas dan inovasi, kreativitas juga tidak akam berkembang dalam budaya yang terlalu menekan konformitas dan tradisi yang kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru (Utami Munandar 1999:28-29)
B. TEORI-TEORI PROSES KREATIF
1. Teori Wallas
Teori wallas dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya “the art of thought” (Piirto, 1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu persiapan (1), inkubasi (2), iluminasi (3), dan verifikasi (4).
1) Sesorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara berfikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang dan sebagainya.
2) Tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra-sadar.
3) Tahap timbulnya “insight” atau Aha-Erlebnis” saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru.
4) Tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan kata lain, proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
Cropley (1994) menunjukkan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif dari Wallas (persiapan, inkubasi, iluminasi, verifikasi) dan produk yang psikologis yang berinteraksi : hasil berpikir konvergen , memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, jika dihadapkan dengan situasi yang menuntut tindakan yaitu pemecahan masalah individu menggabungkan unsur-unsur mental sampai timbul “konfigurasi”. Konfigurasi dapat berupa gagasan, model, tindakan cara menyusun kata, melodi atau bentuk.
2. TEORI TENTANG BELAHAN OTAK KANAN DAN KIRI
Pendekatan psiko-biologis kreativitas adalah pembahasan yang mencoba menjelaskan kreativitas dengan berdasarkan fungsi biologis organ tubuh manusia khususnya fungsi otak. Otak besar (cortex) terbagi atas dua belahan yang dihubungkan oleh sebuah bundelan serabut yang saling menghubungkan (interconnecting) yang disebut sebagai corpus callosum. Belahan kanan korteks berfungsi untuk mengontrol tubuh bagian kiri, dan belahan kiri korteks mengontrol tubuh bagian kanan.
Belahan kiri dan kanan otak menanggapi jenis pengalaman yang berbeda dan menanggapinya secara khas. Wittrock (1980 dalam Clark, 1988) menyatakan bahwa kedua belahan otak boleh berbeda satu sama lain karena strategi pengodean yang digunakan dan bukan karena jenis informasi yang dikodekan. Menurut teori ini, belahan otak kiri bertanggung jawab bagi pemikian linear, sequential, analytic dan rational. Sedangkan pemikiran-pemikiran metaphoric, spatial, holistic merupakan tanggang jawab belahan otak kanan.
Bagan Proses Pimikiran Otak
Otak Kiri
|
Otak Kanan
|
· Vertikal
· Kritis
· Strategis
· Analistis
|
· Lateral
· Hasil
· Kreatif
|
Keterangan:
· Berpikir Vertikal. Suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan Anda, seolah-olah Anda sedang menaiki tangga.
· Berpikir Lateral. Melihat permasalahan Anda dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu tangga ke tangga lainnya.
· Berpikir Kritis. Berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.
· Berpikir Analitis. Suatu proses memecahkan masalah atau gagasan Anda menjadi bagian-bagian. Menguji setiap bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok satu sama lain, dan mengeksplorasi bagaimana bagian-bagian ini dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara baru.
· Berpikir Strategis. Mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dan arah operasi-operasi skala besar dengan melihat proyek itu dari semua sudut yang mungkin.
· Berpikir tentang Hasil. Meninjau tugas dari perspektif solusi yang dikehendaki.
· Berpikir Kreatif. Berpikir kreatif adalah pemecahan masalah dengan menggunakan kombinasi dari semua proses.
Corteks dengan Corpus Callosum
Sumber: Clark (1988) : Growing up gifted
Perlu diingat bahwa kedua belahan otak kanan dan kiri berfungsi saling melengkapi, bekerja secara kooperatif dalam memproses informasi (Clark, 1988). Sedangkan dikotomi mental sebagai tercemin dalam uraian fungsi belahan otak kanan dan belahan otak kiri oleh Springer, S.P dan Deuthsch, G. (1981 dalam Utami Munandar 1999)
Tabel dikotomi otak :
No
|
Belahan Otak Kiri
|
Belahan Otak kanan
|
1
|
Intelek
|
Intuisi
|
2
|
Kovergen
|
Divergen
|
3
|
intelektual
|
Emosional
|
4
|
Rasional
|
Mataforik, intuitif
|
5
|
Verbal
|
Non verbal
|
6
|
Horizontal
|
Vertikal
|
7
|
Kongkret
|
Abstrak
|
8
|
Realistis
|
Impulsif
|
9
|
Diarahkan
|
Bebas
|
10
|
Diferensial
|
Eksistensial
|
11
|
Sekuensial
|
Multipel
|
12
|
Historikal
|
Tanpa batas waktu
|
13
|
Analisis
|
Sintesis, holistik
|
14
|
Eksplisit
|
Implisit
|
15
|
Objektif
|
Subjektif
|
16
|
Suksesif
|
Simultan
|
Sumber: Springer, S.P. dan Deutch, G. 1981 (dalam Utami Munandar 199)
Dari pandangan Wittrock (1980) dan Spinger dan Deutch (1981) jelaslah bahwa kreativitas merupakan fungsi belahan otak kanan, tercermin dari fungsi divergen, metaforik, intuitif, sintesis, holistik yang semua fungsi tersebut merupakan fungsi kreativitas.
Otak dapat distimulus agar memiliki rangsang yang baik. Jika otak memiliki rangsang yang baik, maka tidak diragukan lagi kinerjanya. Otak kiri memiliki fungsi atau peranan yang lebih dibanding otak kanan ketika kita sedang berpikir, tentang intelegensi seseorang, dan rasionalitas, sedangkan otak kanan manusia memiliki kecenderungan dalam keindahan, seni, dan kegiatan non verbal.
C. BELAJAR KREATIV
1 Pengertian belajar kreatif
Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut : James R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
1. Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
2. Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang dalam suatu tindakan nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu adalah proses menuju kreativitas. Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak manusia, kreativitas terjadi karena keseluruhan bagian otak bekerja secara bersamaan, terpadu pada satu waktu tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi masing-masing, otak dengan sigap menanggapi setiap informasi yang masuk. Kadar pengelolaan otak akan sangat menentukan tingkat kreativitas seseorang, karena itu otak harus dilatih, tidak hanya dengan makanan bergizi tapi dengan latihan berfikir yang terus-menerus.
3. Untuk dapatmelahirkan kreativitas, seseorang harus dapat memanfaatkan kedua sifat otak (kiri dankreativitas kanan). Otak kiri yang bersifat logika, berurutan, lisan, pertambahan,dan dominan. Sedangkan otak kanan bersifat emosi, lompatan, visual, menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini, istilah otak kanan telah digunakan sebagai cara popular untuk menyatakan kreatif, artistik, dan rapi. Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua otak.Kreativitas adalah suatu ketrampilan.
2. LIPUTAN TENTANG PROSES BELAJAR KREATIV
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
a. Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
b. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
c. Kesibukan Dalam Kelas
kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
d. Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 2009 : 78-81).
2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
a. Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
b. Metode Diskusi
Dalammetode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
c. Metode Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau menjajaki (searching).
3. Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
Teknik-teknik belajar kreatif dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka
· Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
· Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
· Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 2009 : 100-1003).
2. Sumbang Saran
Tehnik yang dikembangkan oleh Osborn ini dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil (Sekitas 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi :
a. Kebebasan dalam memberikan gagasan
b. Penekanan pada kuantitas
c. Kritik ditangguhkan
d. Kombinsi dan peningkatan gagasan
e. Mengulangi gagasan (Munandar, 2009 : 104).
3. Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini bertujuan melancarkan arus pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan, meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau daftar pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru.
4. Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini digunakan untuk mengubah gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi. Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat, kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi tersebut.
5. Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain untuk merangsang gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan” suatu hubungan antara objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur lain untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan” ialah agar kita dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru.
6. Pendekatan Morfologis
Pada tehnik pendekatan atau analisis morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur masalahPemecahan masalah secara kreatif
3, MENGAPA BELAJAR KREATIF ITU PENTING
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
1. Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
KESIMPULAN :
Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
2. Pengaturan Fisik
3. Kesibukan Dalam Kelas
4. Guru sebagai Fasilitator
SUMBER :
Craft, Anna. 2000. Membangun Kreativitas Anak. Depok: Inisiasi Press.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
- Muhandar, Utami. 1977. Creativity and Education. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Pengembangan Kreativitas oleh DRS.A.M. Heru Basuki, M.Psi.
- Rogers, C. 1982. “Towards a Theory of Creativity.” Dalam P.E Vernon (Ed.), Creativity. Middlesex: Penguin Books.
- http://www.andaluarbiasa.com/antara-motivasi-kreativitas-dan-inovasi
- http://moethya26.wordpress.com/2010/02/25/teori-mengenai-kreatifitas/
- http://andiweb3.wordpress.com/2011/10/30/otak-kanan-otak-kiri/
- http://ichbinfania.wordpress.com/category/kretifitas-dan-keberbakatan/teori-proses-kreatif/
- http://psikologiolahraga.wordpress.com/2009/02/12/97/
No comments:
Post a Comment