22 November, 2014

Analisis Kasus IAD

Selama ini yang sering disebut dengan kecanduan adalah kecanduan alkohol, kecanduan narkoba atau kecanduan judi. Namun sekarang yang sedang merasuki anak muda  kita adalah kecanduan internet karena mereka sangat rentan untuk kecanduan dibandingkan orang dewasa.
 
Internet memiliki manfaat yang besar sebagai sarana informasi dari berbagai kehidupan social dimasyarakat. Selain memiliki kebaikan ternyata internet juga telah menjadi suatu penyakit bagi mereka yang menggunakanya. Penyakit tersebut adalah kecanduan internet, karena yang kecanduan biasanya akan lupa makan, lupa tidur bahkan lupa mandi heheheheheh. Bisa juga karena tidak dapat online mereka mengalami kecemasan, marah, stress dan juga depresi.
 
Sebuah keluarga yang memiliki koneksi internet untuk  anak mereka adalah karena orangtua berharap agar koneksi internet yang mereka miliki dapat mempermudah putra putrinya  mengakses berbagai ilmu pengetahuan dan mempermudah mereka untuk belajar.
 
Namun selain tujuan yang baik tersebut ternyata internet telah di salah gunakan  untuk bermain game online, chat online, facebook an, yang lebih menghawatirkan adalah jika berakrab-akrab ria dengan orang asing yang sebelumnya tidak mereka kenal lebat chat mesra. Beberapa kasus pernah kita dengar ada seorang remaja dibawa kabur oleh orang yang baru saja ia kenal dari chat online.
 
Di banyak negara, anak-anak yang kecanduan internet mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Karena asiknya bermain internet mereka akan lupa belajar. Bahkan kesehatan merekapun akan terganggu karena mereka akan lupa makan, lupa tidur bahkan lupa mandi. Prilaku yang seperti ini mengakibatkan mereka lupa dengan dunia luar karena mereka asik dengan dunia mereka sendiri. Kurangnya bersosialisasi dan bergaul dengan sesama teman, lihat saja sekarang dijalan-jalan sering kita lihat anak muda lebih asik dengan Hp nya tanpa perduli dengan lingkungan sekitar.
 
Internet sebenarnya banyak manfaatnya bagi orang yang menggunakannya dengan bijak, namun internet juga sangat membahayakan bagi orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya untuk menggunakan internet dengan baik. Seperti juga dengan kecanduan yang lain, kecanduan internet juga memiliki obatnya yaitu diri kita sendiri. Bisakah kita mengendalikan diri  dan menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat saja??
 
Di Korea pemerintahnya telah menangani anak-anak muda yang terkena sindrom internet. Dengan membangun 140 jaringan lebih konseling untuk mereka yang kecanduan internet dan lebih dari 100 rumah sakit untuk memberikan pengobatan kepada mereka yang terkena sindrom ini. Ada juga “camp bebas internet” yang berlokasi di hutan sebelah selatan kota Seoul. Semua sarana untuk orang yang kecanduan internet ini di danai oleh pemerintah, maka semua layanan itu gratis.
 
Sebenarnya kecanduan internet timbul pada anak-anak  karena kurang pengawasan dan perhatian dari orangtua kepada mereka. Di sekolah juga sedikit sekali kegiatan yang berhubungan dengan internet, akibatnya anak yang dirumahnya memiliki koneksi internet mencari hal-hal yang selama ini mereka pikirkan. Seperti penasarannya mereka dengan yang berbau seks, sudah bisa ditebak mereka akan mencari gambar-gambar  porno. Atau mencari hiburan dengan bermain game, chat, atau fban. Jika keterusan mereka pasti akan kecanduan.
 
Di Indonesia yang pemerintahnya belum tanggap dengan prilaku anak-anak muda yang terpapar penyakit ini, jika dibiarkan lambat laun maka siap-siap kita para orangtua akan mendapati anak yang tidak perduli pada lingkungan sekitar karena asik dengan permaianan didunianya sendiri. Untuk itu yuk sebagai orangtua, guru dan orang dewasa  kitalah yang bertanggungjawab agar anak kita tidak terpapar sindrom internet ini, caranya berilah pengawasan dan perhatian yang lebih pada putra-putri kita agar mau mengunakan internet untuk hal-hal yang bermanfaat bagi mereka.



Beberapa bentuk gejala kecanduan Internet atau Internet Addiction Disorder (IAD).




  • kurangnya tidur dan kelelahan,


  • mendapat nilai yang buruk dalam studi,


  • performa kerja yang menurun,


  • lesu dan kurangnya fokus.


  • cenderung kurang terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial, kurang bisa bersosialisasi,


  • berbohong tentang berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk online dan juga tentang permasalahan-permasalahan yang mereka tunda karenanya.

  • Kebanyakan dari orang-orang yang kecanduan internet adalah mereka yang mengalami depresi berat, kecemasan.
  • Keasyikan dengan internet dengan tujuan tertentu yang orang lain tidak boleh tahu. Biasanya anak akan merahasiakan saat ditanya orang tua, “Lagi ngapain sih di internet?”
  • Bersikap defensive untuk berlama-lama online. Mereka akan marah jika waktu online-nya dibatasi.
  • Mulai memakai uang jajan atau uang untuk kebutuhan penting lain demi bisa online atau membeli gadget baru.
  • Gagal mengontrol perilaku, termasuk perilaku agresif.
  • Mengalami euphoria setiap kali terlibat pada segala hal yang menyangkut komputer atau aktivitas internet.
  • Tak bisa mengatur waktu online
  • Mengorbankan waktu tidur demi bisa online.
  • Marah saat koneksi internet terputus.
  • Memeriksa email atau pesan online secara kompulsif sepanjang hari.
  • Tetap berusaha online walau sedang waktunya sekolah atau belajar.
  • Lebih senang menghabiskan waktu online ketimbang bersama teman atau keluarga.
  • Tidak tertarik melakukan aktivitas menarik di dunia nyata, lebih senang di depan komputer.


Tips Orang Tua Cegah Buah Hati Kecanduan Internet

Memiliki kebiasaan berselancar di dunia maya tidak dipungkiri bakal berdampak kurang baik untuk perkembangan anak. Terlebih jika anak Anda menggunakannya untuk mengakses situs yang memuat konten-konten yang tidak sesuai dengan kondisi psikologisnya.

Untuk mencegah dampak negatif, orang tua dituntut dapat membimbing anak mereka dalam berselancar di internet. Namun terkadang jika para orang tua coba membatasi, sang buah hati justru marah dan melawan.

Oleh karena itu, ada beberapa hak untuk mengalihkan kesibukan anak Anda dari aktivitas berlebihan berselancar di dunia maya, berikut Okezone kutip dari paparan akademisi Djamaludin Ancok saat melakukan presentasi di acara peresmian Asosiasi Psikologi Cyber Indonesia (APsiCI) di Jakarta, (18/8/2012).
 
Pertama, arahkan sang buah hati untuk melakukan aktivitas lain yang menarik dengannya, contoh sang orang tua dapat mengajak putra-putrinya ke aktivitas olahraga, menonton di bioskop, dan lain-lain.
 
Kedua, jika buah hati Anda sangat kecanduan dan memiliki kecenderungan mengalami masalah kejiwaan yang dikompensasikan dengan sibuk berinternet, sebaiknya Anda sebagai orang tua mengajak anak Anda berbicara.
 
Ketiga, apabila anak sudah tidak mau diajak bicara, Anda disarankan meminta orang lain yang mau di dengar oleh buah hati Anda untuk memberikan nasihat atau jika tidak berhasil juga, Anda disarankan membawanya ke pusat konseling.

INTERNET ADDICTION

Fenomena Adiksi yang Terjadi Sebagai Dampak Interaksi  Manusia Dan Internet (Internet Addiction Disorders)

Menurut Arthur T. Hovart, Adiksi atau kecanduan berarti suatu aktivitas atau substansi yang dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif. Hovart juga menjelaskan bahwa contoh kecanduan bisa bermaca-macam.Kecanduan Internet berarti bahwa sang pecandu selalu menggunakan Internet selama berjam-jam dalam kehidupannya.

Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan.

Adiksi terhadap internet terlihat dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di depan komputer atau segala macam alat elektronik yang memiliki koneksi internet, dimana akibat banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk online membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan mereka yang terancam diluar sana, seperti nilai yang buruk disekolah atau mungkin kehilangan pekerjaan dan bahkan meninggalkan orang-orang yang mereka sayangi.
Beberapa bentuk gejala kecanduan ditunjukkan dengan kurangnya tidur, kelelahan, nilai yang buruk, performa kerja yang menurun, lesu dan kurangnya fokus. Penderita juga cenderung kurang terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial. penderita akan berbohong tentang berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk online dan juga tentang permasalahan-permasalahan yang mereka tunda karenanya. Dalam keadaan offline mereka menjadi pribadi yang lekas marah saat ada yang menanyakan berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk berinternet.Jenis-Jenis Internet addiction Berikut ini adalah sub-sub tipe dari internet addiction menurut Kimberly S. Young, et. al. (2006):

a. Cybersexual Addiction,
Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.

b. Cyber-Relationship Addiction
Cyber-relationship addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.

c. Net compulsions
Yang termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online, belanja online, dan perdagangan online.

d. Information Overload
Information overload mengacu pada web surfing yang bersifat kompulsif.

e. Computer Addiction
Salah satu bentuk dari computer addiction adalah bermain game komputer yang bersifat obsesif.

Contoh kasus:

Kecanduan Game Online, Anak Bisa Kriminal
TEMPO.COSurakarta – Yayasan Sahabat Kapas menilai kecanduan anak-anak pada game online sudah seperti kecanduan seseorang kepada narkotik. Sebab, ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat kriminal.
Koordinator Yayasan Sahabat Kapas, Dian Sasmita, mengatakan, dalam enam bulan terakhir, di Surakarta ada tujuh anak yang melakukan pencurian demi bisa bermain game online. “Sebagian di antaranya saat ini kami dampingi,” katanya di sela aksi menyambut Hari Anak Nasional, Minggu, 1 Juli 2012.
Aktivitas di depan layar komputer untuk bermain game onlinepunya dampak buruk untuk anak-anak. Antara lain, anak-anak jadi terisolasi dari lingkungan dan pergaulan nyata karena terlalu asyik dengan dunia maya yang sedang dihadapi.
Bahkan mereka bisa terbawa untuk berperilaku agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang berkaitan dengan peperangan. Nah, lantaran ingin meneruskan permainan padahal tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti mencuri. “Belum lagi jika bicara nilai pelajaran di sekolah bisa menurun karena konsentrasi belajar juga turun,” kata Dian.
Dian mengakui penggunaan Internet memang tidak sepenuhnya punya dampak buruk. Itulah perlunya peran orang tua mengawasi kegiatan anak di depan komputer. “Dampingi anak-anak saat mengakses Internet. Selain itu, beri batasan waktu,” kata Dian.
Solusi mengatasi kecanduan game online, dia menyarankan orang tua agar memberikan alternatif kegiatan. Anak usia 7-18 tahun semestinya bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekadar menghabiskan waktu bermaingame online.
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Juliani Prasetyaningrum, mengatakan game online menjadi pelarian bagi anak-anak yang merasa tidak nyaman di rumah. “Mungkin di rumah tertekan dengan tuntutan prestasi yang diminta orang tua atau memang tidak betah di rumah karena ada masalah di keluarga,” katanya.
Karena itu, anak-anak lantas memilih bergabung dengan kelompoknya, seperti komunitas penggemar game online. Tindakan kejahatan demi menyalurkan hobinya bermain game online tidak terlepas dari pengaruh dalam komunitasnya tersebut. “Kalau kelompoknya itu melakukan kejahatan, maka bisa ikut-ikutan,” katanya.
Juliani menyarankan orang tua untuk secara intens menjalin komunikasi dengan anaknya. Kemudian mengubah cara berkomunikasi, dari semula selalu menuntut, beralih menjadi pendamping dan teman bagi si anak. “Kuncinya di orang tua dan keluarga, yang memang sering berinteraksi dengan anak-anak,” ujarnya.


Sumber:

14 November, 2014

Aspek Demografis dari Individu Pengguna Internet

.......................Aspek Demografis dari Individu Pengguna Internet................................
Aspek demografis adalah aspek yang harus mempertimbangkan gender, usia, budaya dan SES ( Social – Economic – Status ) dalam interaksi individu dan internet.
Diseluruh di dunia, terutama di Indonesia, usia muda adalah usia yang banyak menggunkana internet dan banyak menghabiskan waktu didunia maya dan bersosialisaisi dijejaring sosial seperti facebook, twitter ataupun jaringan sosial yang lain. Pemasar yang ingin memasarkan barang produksi untuk kaula muda dapat memanfaatkan social media sebagai sarana promosi yang sangat ampuh. Contohnnya situs http://www.tokobagus.com/  yang dimana pemasar dapat mempromosikan barang produksinya disitu tersebut
Jadi perkembangan internet pun akan berdampak positif maupuun negatif, tergantung dengan individu itu sendiri yang mengunakan atau berinteraksi dengan internet.

Aspek Psikologis dari Individu Pengguna Internet

Aspek Psikologis dari Individu Pengguna Internet



Apa itu internet? Tentunya hampir sebagian masyarakat di dunia sudah mengenal istilah internet itu sendiri berasal dari kata dariinterconnection-networking, bila dijabarkan secara sistem global maka internet merupakan jaringan komputer diseluruh penjuru dunia yang saling terhubung satu sama lain dengan menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) sehingga antara komputer dapat saling mengakses informasi dan bertukar data. Internet mencangkup segala sesuatu secara luas baik itu komputerisasi maupun telekomunikasi.

Namun tahukah anda bahwa internet tersebut memberikan dampak negatif bagi penggunanya, khususnya dikalangan remaja? Apalagi pengguna internet yang berlebihan dapat merubah pola hidup masyarakat menjadi negatif, terutama bagi para remaja berusia 8-12 tahun. Bahkan media masa di Indonesia menyoroti kecenderungan meningkatnya korban remaja akibat penggunaan facebook, dan Komisi Perlindungan Anak paling tidak mencatat 100 laporan pengaduan dengan korban anak-anak dan remaja akibat penggunaan negatif interaksi dunia maya.
Dampak negatif ini tidak lain berasal dari adiksi (ketergantungan) pada permainan online, cybersex, role-playing fantasi. Kerancuan identitas inpun disorot sebagai dampak buruk penggunaan internet, ancaman lainnya adalah bullying, child pornography dan penyebaran pedophilia melalui internet. berbagai dampak negatif tersebut diduga karena efek anonimitas di dunia maya. Bahwa godaan anonimitas, multiplisitas dan invisibility yang terjadi saat pembuatan identitas online menjadi faktor penyebab berbedanya perilaku seseorang didunia maya.

Terlepas dari berbagai sorotan dampak negatif interaksi diri dan internet terdapat pula dampak positif penggunaan internet. Analisis situs pribadi gadis remaja yang dilakukan oleh Stern (2002) menunjukkan bahwa internet memberikan kesempatan yang baik bagi anak-nak untuk mengekspresikan diri serta mengembangkan pengertian sosial dan seksual.

Lidia Sandra mengungkapkan ekspresi diri melalui identitas online konsisten dengan teori-teori pembentukan sosial. Identitas online dapat digunakan untuk mengeksplorasi aspek-aspek diri, memfasilitasi kesadaran diri yang lebih besar dan menjadi katalis untuk perubahan positif. Bahkan identitas online justru memfasilitasi flexible selves seseorang yang merupakan adaptasi yang wajar dan perwujudan eksplorasi diri. Dunia maya juga memfasilitasi keterbukaan emosional di ruang maya yang membuat individu mampu mengekspresikan diri dan dimengerti. "Hubungan yang berarti terbentuk di dunia maya, kerena media ini secara natural memfasilitasi individu memaparkan diri lebih intim denga mediasi layar dan nama samaran," ungkap perempuan kelahiran Pasuruan, 5 Juli 1975 saat mempertahankan desertasi "Dinamika Psikologis Interaksi Konsep Diri dan Identitas Online".

Didampingi promotor Prof. Drs. Koentjoro, M.Bsc., Ph.D dan ko-promotor Prof. Dr. Saifuddin Azwar, M.A dan Prof. Drs. Adrianus Meliala, M.Si, M.Sc, Ph.D, Lidia Sandra berkesimpulan aktivitas interaksi dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu instrumental, sosial dan hiburan. Sementara Aktivitas terbesar pada pengguna internet di Indonesia adalah sosial komunikasi. Sedangkan dampak interaksi berkarakter paradoksial, seperti pisau bermata dua, yaitu dapat meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan psikologis. 

Bahwa dampak yang dirasakan oleh individu akan menjadi feedback bagi konsep diri untuk melakukan evaluasi terus menerus dalam memilih identitas online yang lebih sesuai. "Didapatkan titik awal dan akhir siklus tumpang tindih, yaitu upaya pencapaian kesejahteraan psikologis melalui evaluasi diri terus menerus terhadap identitas yang dipilih," papar Lidia Sandra yang dinyatakan lulus program doktor Fakultas psikologi UGM dengan predikat cumlaude. (Humas UGM/ Agung).


Softskill_2PA15_misha mayesta_tugas2

Sumber :
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4886
http://www.weblog.web.id/2012/08/pengertian-internet-jaringan-komputer.html